JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap standar konstruksi bangunan menyusul ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menewaskan puluhan santri.
Menurut AHY, hasil koordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum, pemerintah daerah Jawa Timur, dan Basarnas menunjukkan bahwa penyebab utama insiden tersebut adalah kondisi bangunan yang tidak memenuhi standar keamanan konstruksi.
“Memang akibat kondisi bangunan yang tidak layak, bisa dikatakan tidak sesuai dengan standar konstruksi yang memenuhi aspek keamanan. Ini yang menyebabkan ambruknya bangunan sehingga mengakibatkan banyak korban jiwa,” ujar AHY dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/10/2025).
Ia menyebut, peristiwa tragis ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar lebih disiplin dalam menegakkan standar keselamatan bangunan.
“Mari kita sama-sama menegakkan kembali standar konstruksi bangunan yang layak dan aman bagi semua,” tambahnya.
Lebih lanjut, AHY menegaskan bahwa imbauan tersebut tidak hanya ditujukan untuk pondok pesantren, tetapi juga bagi seluruh fasilitas publik, termasuk sekolah, rumah sakit, dan puskesmas.
“Kita tidak boleh menunggu terulangnya tragedi yang terjadi kemarin. Semua sarana prasarana publik harus kita jaga dan tertibkan bersama demi keselamatan,” tegasnya.
AHY juga meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah untuk proaktif mengawasi kondisi bangunan masyarakat, baik milik pribadi, komunitas, maupun hasil swadaya. Ia menekankan pentingnya langkah preventif sekaligus kesiapsiagaan dalam penanganan darurat bencana bangunan.
“Kita harus memastikan langkah preventif berjalan dan jika terjadi musibah, aksi tanggap darurat serta pemulihan harus cepat dilakukan. Tidak ada yang lebih penting dari menyelamatkan nyawa manusia,” katanya.
Sebelumnya, bangunan musala Ponpes Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin (29/9) sore, saat para santri melaksanakan salat Asar berjamaah. Insiden terjadi di tengah proses renovasi bangunan di lantai tiga.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melaporkan sebanyak 66 santri meninggal dunia akibat peristiwa tersebut, dan jumlah korban masih berpotensi bertambah seiring proses asesmen yang masih berlangsung di lokasi kejadian.