SUBANG, TINTAHIJAU.com – Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti berinteraksi melalui kata-kata.
Namun, tidak jarang ucapan yang kita anggap biasa justru melukai perasaan orang lain.
Karena itu, menjaga lisan menjadi keterampilan penting yang perlu terus diasah.
Berikut ini adalah cara praktis untuk mengendalikan ucapan, memahami dampaknya, serta membangun kebiasaan berkomunikasi yang lebih baik dan penuh empati.
1. Pikirkan sebelum berbicara
Berhenti sejenak 1–2 detik sebelum mengucapkan sesuatu. Tanyakan pada diri:
Perlu atau tidak?
Bermanfaat atau tidak?
Menyakiti atau tidak?
2. Gunakan prinsip “3 S”: Santun, Sopan, Sabar
Biasakan nada suara yang lembut, pilihan kata yang halus, dan tahan diri untuk tidak bereaksi spontan.
3. Latih empati
Bayangkan jika kata yang ingin kamu ucapkan diarahkan kepadamu. Apakah kamu akan tersinggung? Jika iya, tahan dan ubah kalimatnya.
4. Kurangi komentar yang tidak diminta
Banyak orang tersinggung bukan karena niat jahat, tapi karena kita berkomentar pada hal yang tidak mereka minta. Diam kadang lebih baik.
5. Hindari bercanda yang merendahkan
Jangan jadikan fisik, kekurangan, atau masa lalu orang lain sebagai bahan humor. Bercanda boleh, tapi tetap jaga batas.
6. Biasakan berkata jujur dengan cara yang tepat
Kejujuran itu baik, tapi cara penyampaiannya harus lembut:
Gunakan “saya merasa…” bukan “kamu selalu…”
Pilih waktu dan situasi yang pas.
7. Perbanyak dzikir (bagi yang muslim)
Dzikir membantu menenangkan hati, dan hati yang tenang lebih mudah mengendalikan lisan.
8. Jaga emosi
Saat marah, diam lebih aman daripada bicara. Beri waktu untuk tenang dulu.
9. Pelajari kata alternatif yang lebih positif
Contoh:
Ganti “kok kamu bodoh sih?” menjadi “mungkin bisa coba cara lain.”
Ganti “kamu salah terus” menjadi “kita cari solusinya bareng.”
10. Minta maaf jika salah
Tidak ada yang sempurna. Jika ternyata ucapanmu menyakiti orang lain, segera minta maaf. Itu memperbaiki hubungan dan melatih kepekaan.
Menjaga lisan adalah upaya sederhana namun berdampak besar bagi diri dan orang di sekitar kita.
Dengan kebiasaan berbicara yang bijak, kita bukan hanya menghindari konflik, tetapi juga menebar kebaikan dalam setiap interaksi.











