BANDUNG, TINTAHIJAU.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyatakan bahwa wilayah Jawa Barat telah memasuki musim penghujan sejak akhir Oktober 2024.
Namun, di tengah datangnya musim hujan, BMKG juga mengingatkan potensi bencana alam yang perlu diwaspadai, yakni bencana hidrometeorologi akibat curah hujan serta ancaman gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang.
Kepala BMKG Stasiun Bandung, Teguh Rahayu, menyampaikan peringatan ini dalam acara Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi Tahun 2024/2025 yang diadakan untuk mendukung kesiapan menghadapi musim hujan dan Pilkada Serentak di Jawa Barat.Acara ini juga diisi dengan simulasi penanganan bencana gempa bumi akibat pergerakan Sesar Lembang.
Curah Hujan Rendah di Akhir Oktober, BMKG Tetap Imbau Siaga
Meskipun musim penghujan telah tiba, Teguh menjelaskan bahwa curah hujan di Jawa Barat pada akhir Oktober 2024 masih tergolong rendah. Namun, potensi bencana hidrometeorologi bisa meningkat saat puncak musim hujan tiba.
BMKG Bandung telah mengirimkan surat rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut.
“Kita sudah mengeluarkan surat rekomendasi untuk Jawa Barat ini siaga bencana hidrometeorologi,” ujar Teguh, saat apel kesiapsiagaan yang berlangsung pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Peringatan Dini Hingga Tingkat Desa
BMKG Bandung terus memberikan informasi terkini mengenai prakiraan cuaca secara berkala mulai dari H-7 hingga interval per tiga jam kepada pemerintah daerah. Teguh menegaskan, BMKG selalu mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan terdampak cuaca ekstrem.
Informasi ini diharapkan dapat memaksimalkan upaya pemerintah daerah dalam melakukan persiapan serta melindungi masyarakat dari potensi bencana.
Kesiapsiagaan Terhadap Ancaman Gempa Sesar Lembang
Selain ancaman hidrometeorologi, BMKG juga menyoroti kesiapan terhadap potensi gempa bumi akibat pergerakan Sesar Lembang. Teguh memastikan bahwa semua alat-alat sensor dan sistem penyebaran informasi gempa, seperti Warning Receiver System (WRS), berada dalam kondisi aktif di 33 titik di seluruh Jawa Barat.
Alat-alat ini siap memantau serta memberikan informasi terkait kekuatan gempa saat terjadi, sehingga dapat memberikan waktu untuk menanggulangi dampak yang mungkin ditimbulkan.
Alat WRS juga telah dipasang di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di seluruh Jawa Barat. “Semua peralatan tersebut akan memberikan informasi dan mencatat getaran ketika terjadi gempa, serta mengukur kekuatan magnitudo,” jelas Teguh.
Dengan adanya peringatan ini, BMKG berharap masyarakat Jawa Barat serta pemerintah daerah dapat lebih waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi maupun gempa bumi, serta mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif.



