SUBANG, TINTAHIJAU.com – Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya dalam bentuk lembaga pendidikan Islam yang dikenal sebagai pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para santri (pelajar) belajar ilmu agama dan nilai-nilai kehidupan. Beberapa di antaranya memiliki sejarah panjang yang membentang ratusan tahun.
Dua di antaranya adalah Pondok Pesantren Buntet dan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, yang diakui sebagai dua pesantren tertua di Indonesia.
Pondok Pesantren Buntet
Pondok Pesantren Buntet terletak di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Cirebon, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 26 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Pondok Pesantren Buntet didirikan pada tahun 1750 oleh seorang ulama bernama Kiai Muqoyyim. Sebelum mendirikan pesantren ini, Kiai Muqoyyim, yang juga dikenal sebagai Mbah Muqoyyim, adalah seorang tokoh Mufti di Keraton Kanoman Cirebon. Namun, ia memilih untuk mendirikan pesantren setelah merasa kecewa terhadap kebijakan Keraton yang mendukung kolonial Belanda saat itu.
Mbah Muqoyyim awalnya mendirikan pesantren di Kedung Malang, Desa Buntet, tetapi pesantren tersebut kemudian dihancurkan oleh Belanda. Ia terus berjuang untuk menyebarkan ajaran Islam dan mendirikan pesantren di berbagai tempat, termasuk Pemalang, Jawa Tengah.
Pesantren Buntet akhirnya dibangun di Desa Mertapada Kulon, dan hingga saat ini, pesantren ini masih aktif, menyediakan fasilitas pendidikan bagi para santri.
Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin
Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sekitar 23 kilometer dari Kota Cirebon, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 35 menit dengan kendaraan.
Pesantren ini didirikan pada tahun 1715 atau menurut beberapa sumber, tahun 1705. Pendirinya adalah seorang ulama bernama Syekh Hasanuddin bin Abdul Latif, yang berasal dari Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon.
Syekh Hasanuddin dikenal sebagai Ki Jatira karena kebiasaannya beristirahat di bawah dua pohon jati saat membangun musala pertamanya di Desa Babakan. Pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam di wilayah tersebut, dan Ki Jatira berjuang untuk menjauhkan masyarakat dari pengaruh Belanda.
Belanda mencoba menghancurkan pesantren ini berkali-kali, tetapi Ki Jatira selalu berjuang dan kembali membangunnya. Pada tahun 1751, Belanda akhirnya berhasil menghancurkan pesantren ini. Namun, Ki Jatira kembali ke Babakan setelah itu dan membangun kembali pesantren pada tahun 1753.
Setelah wafat pada tahun yang sama, Ki Jatira meminta menantunya, Kiai Nawawi, untuk melanjutkan perjuangannya dalam membangun pesantren. Pesantren ini masih berdiri hingga saat ini dan terus menyebarkan ajaran Islam di wilayah Babakan.
Pondok Pesantren Buntet dan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin adalah dua pesantren tertua di Indonesia. Mereka memiliki sejarah panjang dan penuh perjuangan dalam mempertahankan tradisi pendidikan Islam di tanah air.
Meskipun mereka mengalami berbagai tantangan dan penyerangan selama sejarah mereka, pesantren-pesantren ini tetap eksis dan menjadi bagian integral dari kehidupan agama dan budaya Indonesia. Kedua pesantren ini adalah warisan berharga yang patut dijaga dan dihormati.