Ragam  

Istilah “Aku Tadi Sedih Terus Beli Roti” Viral di TikTok, Ini Maknanya

Ilustrasi. Kementerian Kesehatan melaporkan ribuan calon dokter spesialis mengalami gejala depresi ringan.(iStock/PonyWang)

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Media sosial TikTok kembali diramaikan tren baru yang menarik perhatian para pengguna, terutama kalangan remaja. Ungkapan “aku tadi sedih terus beli roti” belakangan kerap muncul dalam berbagai konten, memancing beragam respons dari warganet maupun pasangan pengguna yang menjadi lawan bicara.

Dalam tren ini, seseorang biasanya mengucapkan kalimat tersebut kepada pasangan atau temannya, kemudian menunggu reaksi lawan bicara. Respons yang diberikan kemudian dianggap mencerminkan karakter orang tersebut—meski sifatnya hanya hiburan.

Fenomena ini rupanya tidak hanya berkembang di Indonesia. Menurut laporan Korea Now, ungkapan serupa juga tengah populer di kalangan remaja Korea Selatan. Variasinya antara lain “When I was sad I bought bread” atau “I buy bread when I feel down”.

Budaya Konsumsi Berdasarkan Emosi

Secara bahasa, istilah ini memiliki dua makna. Pertama, “aku tadi sedih terus beli roti” menggambarkan budaya konsumsi berdasarkan emosi. Remaja Korea Selatan disebut gemar membeli sesuatu—seperti aksesori, jam tangan, atau makanan—untuk menghibur diri ketika sedang dilanda perasaan tertentu. Membeli roti menjadi salah satu bentuk pelampiasan yang dirasa sederhana namun efektif.

Tes Karakter yang Bersifat Hiburan

Makna kedua adalah sebagai tes karakter ringan yang viral di media sosial. Cara kerjanya sederhana. Seseorang mengucapkan kalimat tersebut kepada orang lain, lalu memperhatikan responsnya.

  • Jika orang yang mendengar bertanya, “Mana rotinya?” maka ia dianggap memiliki karakter pemikir (Thinker).
  • Jika ia justru bertanya, “Kenapa sedih?” maka ia dikategorikan sebagai sosok perasa.

Meski demikian, tes karakter ini disebut tidak memiliki dasar ilmiah dan hanya digunakan sebagai hiburan semata.

Tren ringan seperti ini dinilai sebagai bagian dari cara generasi muda mengekspresikan diri sekaligus mencari kedekatan emosional dengan orang terdekat. Viral atau tidak, fenomena “aku tadi sedih terus beli roti” menunjukkan bagaimana budaya digital terus melahirkan simbol-simbol komunikasi baru di kalangan pengguna media sosial.