Ragam

Malam Satu Suro: Perayaan Tahun Baru Jawa yang Sarat Makna

×

Malam Satu Suro: Perayaan Tahun Baru Jawa yang Sarat Makna

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Malam Satu Suro, yang menandai pergantian tahun baru dalam kalender Jawa, akan jatuh pada Minggu malam, 7 Juli 2024. Peristiwa budaya yang kaya makna ini menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk merayakan awal tahun baru mereka dengan berbagai tradisi unik.

Penetapan Tanggal Malam Satu Suro 2024

Berdasarkan Kalender Hijriah 2024 yang dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag), 1 Muharram 1446 H akan jatuh pada Senin, 8 Juli 2024. Sesuai dengan tradisi Jawa, Malam Satu Suro dirayakan pada malam sebelumnya, tepatnya setelah Maghrib pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Berikut rincian tanggalnya:

  • Malam 1 Suro: Minggu, 7 Juli 2024
  • 1 Suro: Senin, 8 Juli 2024

Asal Usul dan Makna Malam Satu Suro

Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, istilah “Suro” berasal dari kata Arab “Asyura”, yang berarti sepuluh atau hari kesepuluh bulan Muharram. Dalam dialek Jawa, kata ini berubah menjadi “Suro”. Di beberapa daerah, perayaan ini juga dikenal dengan sebutan “Suran”.

Malam Satu Suro memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Perayaan ini dianggap sebagai momen penting yang menandai pergantian waktu dan berhubungan erat dengan siklus kehidupan, ritual, dan perhitungan dalam budaya Jawa. Bagi masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah, bulan Muharram dikenal sebagai bulan Suro.

Tradisi dan Ritual Malam Satu Suro

Perayaan Malam Satu Suro biasanya dilakukan dengan berbagai ritual dan tradisi yang kaya makna. Salah satu kegiatan utama adalah tirakatan, di mana warga berkumpul untuk berdoa bersama. Setiap daerah memiliki tradisi perayaan malam satu Suro yang berbeda sesuai dengan kebudayaannya. Berikut beberapa tradisi yang dilakukan pada malam tersebut:

  • Keraton Surakarta mengadakan kirab pusaka menggunakan beberapa ekor kebo bernama Kebo Kyai Slamet. Acara ini dimulai tengah malam untuk mengelilingi kota diiringi oleh punggawa dan prajurit istana.
  • Keraton Kanoman di Cirebon menggelar pembacaan babad atau sejarah Cirebon pada peringatan tersebut. Acara ini dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan pencucian pusaka.
  • Di Kediri, masyarakat Jawa memiliki tradisi siraman malam satu Suro. Tradisi ini berupa mandi besar menggunakan air dengan campuran kembang pada malam satu Suro. Ritual ini sebagai bentuk “sembah raga” untuk menyucikan tubuh dan sebagai seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Suro.

Selain itu, pada bulan Suro, masyarakat Jawa lebih sering berziarah ke makam leluhur atau orang yang pernah berjasa bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Ziarah dianggap sebagai tindakan konkrit dari generasi penerus untuk menghormati para leluhur sekaligus sebagai pengingat jasa dari orang-orang yang telah tiada.

Malam Satu Suro merupakan perayaan penting bagi masyarakat Jawa, sarat dengan makna spiritual dan tradisi budaya yang kaya. Dengan berbagai ritual yang dilakukan, perayaan ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sebagai refleksi diri dan penyucian hati serta pikiran untuk menyambut tahun baru dengan harapan yang lebih baik.