Ragam  

Panggilan Kemanusiaan, Vera Veriska Kerahkan Pelajar Turun Aksi Bela Palestina di Subang

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Aksi Bela Palestina yang digelar di Alun-alun Subang, Minggu (22/6/2025), bukan hanya diwarnai kehadiran tokoh masyarakat dan pejabat daerah, tetapi juga dipenuhi semangat kaum muda.

Di antara mereka, muncul sosok pelajar bernama Vera Veriska, siswi kelas 2 SMA PGRI 1 Subang, yang menjadi koordinator pelajar dalam aksi tersebut.

Dengan penuh semangat dan kesadaran sosial yang kuat, Vera menggerakkan rekan-rekannya dari berbagai sekolah tingkat SMA/SMK di Subang untuk ikut ambil bagian dalam aksi solidaritas kemanusiaan tersebut. Bagi Vera, keterlibatan ini bukanlah sekadar ikut tren, melainkan karena panggilan nurani.

“Selagi bisa bermanfaat untuk masyarakat, ya kita lakukan itu. Palestina sedang dijajah, dan kita sebagai manusia tidak boleh diam,” ungkap Vera dengan tegas.

Ia menegaskan bahwa keterlibatannya dalam aksi ini bukan atas dasar agama semata, melainkan karena rasa kemanusiaan yang terusik. Menurut Vera, penderitaan rakyat Palestina adalah tragedi kemanusiaan global yang harus disikapi oleh semua orang, tanpa melihat latar belakang.

“Ini bukan soal agama, ini soal kemanusiaan. Mereka dibunuh tanpa salah. Anak-anak ditembak, kampung halaman dijajah. Siapa pun yang masih punya hati, pasti tidak bisa menerima ini,” ucapnya.

Lebih lanjut, Vera menyuarakan kritik keras terhadap dunia internasional, khususnya PBB yang dinilainya belum cukup tegas dalam menyikapi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel.

“PBB harusnya menjatuhkan sanksi yang tegas. Perbuatan Israel tidak bisa dinormalisasi, harus dilawan dengan sikap nyata, bukan hanya pernyataan,” ujar Vera lantang.

Keberanian dan keteguhan Vera Veriska menjadi contoh nyata bahwa generasi muda Subang tidak tinggal diam. Mereka turut hadir, berdiri bersama dalam aksi damai, menyampaikan pesan empati dan solidaritas kepada rakyat Palestina.

Di tengah aksi yang diwarnai doa, orasi, dan konser amal, kehadiran Vera dan para pelajar yang ia gerakkan menjadi bukti bahwa panggilan kemanusiaan bisa datang dari siapa saja – termasuk dari pelajar yang masih duduk di bangku sekolah.