SUBANG, TINTAHIJAU.COM- Bupati Subang Reynaldy Putra Andita bersama Wakil Bupati Agus Masykur Rosyadi melaksanakan shalat ghaib untuk mengenang para korban yang gugur dalam demonstrasi 25–29 Agustus 2025, aksi yang awalnya damai, namun berakhir ricuh dan merenggut nyawa.
Demonstrasi massa yang berlangsung di berbagai daerah berakhir ricuh. Jatuhnya korban jiwa memperburuk situasi dan memicu gelombang aksi unjuk rasa meluas. Dari data yang dihimpun, beberapa korban jiwa antara lain Affan Kurniawan, seorang driver ojek online, serta Rheza Sendy Pratama (21), mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta.
Kerusuhan juga terjadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menewaskan empat orang:
- Saiful Akbar, Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, meninggal di RS Grestelina.
- Sarina Wati, staf DPRD, meninggal di lokasi dan dibawa ke RS Bhayangkara.
- Muhammad Akbar Basri (Abay), staf Humas DPRD, meninggal di lokasi dan dibawa ke RS Bhayangkara.
- Rusdamiansyah, warga Jalan Urip Sumoharjo Lorong 501, meninggal di RS Kemenkes CPI setelah dirujuk dari RS Ibnu Sina.
“Kita mendoakan keluarga, rekan-rekan kita yang menjadi korban. Ini menjadi pengingat dan bekal bagi kita semua agar Subang selalu aman dan kondusif,” ucap Kang Rey sebelum shalat dimulai.
Doa bersama dan shalat ghaib itu tidak hanya diikuti jajaran Pemkab Subang, tetapi juga dihadiri unsur Polres Subang, Kodim Subang, pejabat Forkopimda, driver ojek online, dan masyarakat umum yang memenuhi area masjid.
Dalam kesempatan itu, Kang Rey menyampaikan apresiasi untuk kekompakan Forkopimda yang menjaga keamanan, serta penghargaan bagi mahasiswa, driver ojek online, dan ormas yang menyampaikan aspirasi secara tertib. “Ini bukti masyarakat Subang sudah dewasa, memilih damai,” katanya.
Kang Rey juga menegaskan demonstrasi di Subang bisa menjadi contoh bagi daerah lain. “Jika sampai rusuh, yang rugi bukan hanya pemerintah, tapi seluruh masyarakat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, Forkopimda berhasil mengamankan 129 pelajar yang disinyalir hendak memicu kericuhan. “Jadi bukan mahasiswa yang demo, tapi oknum pelajar yang mencoba membuat chaos,” jelasnya.
Pemerintah Daerah, kata Kang Rey, terbuka terhadap kritik dan aspirasi masyarakat. Ia percaya kelompok mahasiswa dan ojol tidak mungkin bertindak anarkis kecuali disusupi pihak tak bertanggung jawab.
Shalat ghaib dan doa bersama itu dipimpin Ustadz Yadi Suban ZA, diikuti anggota DPRD Jawa Barat, Forkopimda Subang, pejabat daerah, camat, driver ojek online, dan masyarakat umum yang turut hadir.