JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Kriminolog anak, Haniva Hasna, memberikan tanggapannya terkait kasus perundungan yang dialami oleh RE, seorang siswa di sekolah swasta internasional di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Haniva menyatakan bahwa kasus ini mencerminkan kemerosotan moral yang dialami oleh generasi anak-anak Indonesia saat ini.
“Generasi kita seperti sedang diserang oleh tsunami moral, anak-anak tidak bermoral sama sekali,” ujar Haniva dalam dialog di Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (17/9/2024). Menurutnya, penyebab anak-anak menjadi tidak bermoral adalah paparan terhadap hal-hal yang merusak, sementara otak bagian depan, atau prefrontal korteks, yang berperan dalam mengatur moral dan nilai, belum sepenuhnya berkembang.
“Otak bagian depan adalah tempat moral dan nilai yang membedakan manusia dari binatang. Ketika otak ini belum sempurna tetapi sudah dirusak oleh pornografi dan hal-hal merusak lainnya, anak-anak kehilangan kontrol diri untuk bertindak sesuai kemampuan mereka,” jelasnya. Akibatnya, mereka lebih mudah melakukan kekerasan tanpa kontrol diri yang memadai.
Haniva juga menyoroti kasus di mana beberapa pelaku perundungan mengaku sebagai anak pejabat. Menurutnya, anak-anak ini merasa bahwa mereka bisa terbebas dari konsekuensi apapun karena perlindungan yang diberikan oleh orang tua mereka yang memiliki kedudukan tinggi. “Anak-anak petinggi ini biasanya sudah di-counter oleh keluarganya, sehingga mereka merasa apapun yang dilakukan tidak akan membuat kesulitan atau dihukum,” ungkap Haniva.
Fenomena ini, lanjutnya, menjadi faktor yang membuat anak-anak semakin tidak bermoral karena merasa kebal hukum.
Sebelumnya diberitakan, RE, seorang siswa SMA swasta internasional di Kebayoran Lama, mengaku telah menjadi korban perundungan sejak pertama kali masuk sekolah tersebut. Dalam audiensi di Komisi III DPR, Selasa (17/9), RE menceritakan pengalamannya mendapatkan perundungan verbal secara terus-menerus di depan teman-teman sekolah, baik laki-laki, perempuan, bahkan di depan guru.
Selain perundungan verbal, RE juga mengaku menjadi korban pelecehan hingga kekerasan fisik berupa pemukulan oleh para pelaku. Ia juga merasa diancam oleh pelaku yang mengaku sebagai anak pejabat, salah satunya adalah ketua umum partai politik. “Mereka membanggakan dan mengancam saya, ‘Lu jangan macam-macam sama kita. Bapak gua ketua partai, bapak gua DPR, bapak gua MK’,” ungkap RE.
Salah satu pelaku yang berinisial M, meskipun tidak terlibat dalam pemukulan, secara konsisten merundung RE secara verbal, menghancurkan mentalnya dengan perundungan yang terorganisir bersama gengnya.
Kasus perundungan ini menjadi sorotan publik, terutama terkait bagaimana anak-anak dari kalangan elit merasa memiliki kekebalan atas tindakan mereka.