Siap-siap! Harga Ponsel Bakal Melonjak Tahun Depan, Ini Penyebabnya

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Industri semikonduktor global kembali bersiap menghadapi gejolak baru. Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), produsen chip terbesar di dunia, memastikan akan menaikkan harga chip-chip tercanggihnya mulai Januari 2026. Keputusan ini diperkirakan memicu kenaikan harga berbagai perangkat elektronik, terutama ponsel.

Menurut laporan industri yang dikutip dari laman detikINET, Jum’at (14/11/2025) TSMC telah memberi tahu para klien besar sejak September lalu mengenai rencana penyesuaian harga. Chip dengan proses manufaktur di bawah 5 nanometer akan mengalami kenaikan 3–4 persen, sementara node paling canggih bahkan bisa naik hingga 10 persen.

Kenaikan harga ini tidak berhenti pada tahun pertama. Chip 2 nanometer (N2P)—yang digadang menjadi fondasi utama teknologi kecerdasan buatan (AI) dan komputasi super (HPC)—akan mengalami peningkatan harga tahunan selama empat tahun berturut-turut mulai 2026. Dengan demikian, hingga 2030, biaya produksi chip kelas atas diperkirakan naik dua digit secara kumulatif.

TSMC menyebut langkah tersebut sebagai konsekuensi dari lonjakan biaya produksi serta meningkatnya permintaan global terhadap chip berperforma tinggi. Perusahaan raksasa teknologi dunia, mulai dari Apple, Nvidia, Qualcomm, hingga deretan startup AI, terus memperluas kebutuhan akan chip mutakhir, memaksa TSMC menambah kapasitas produksi sekaligus menjaga margin keuntungan di tengah investasi besar pada teknologi generasi baru.

Perusahaan asal Taiwan itu kini mempercepat pengembangan node N2P yang disebut sebagai proses manufaktur paling maju di dunia. Teknologi ini telah mendapat permintaan tinggi dari Apple serta sejumlah klien besar lainnya.

Awalnya, analis memperkirakan kenaikan harga hanya akan diberlakukan pada chip buatan fasilitas TSMC di Amerika Serikat. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa penyesuaian harga berlaku secara global, termasuk pada pabrik-pabrik di Taiwan.

Penekanan TSMC pada chip sub-5nm juga menimbulkan efek berantai. Banyak sumber daya, baik tenaga kerja maupun peralatan produksi, dialihkan dari proses manufaktur yang lebih lama seperti 6nm dan 7nm. Kondisi ini berpotensi menurunkan kapasitas produksi chip kelas menengah dan perangkat non-AI.

Para analis menilai bahwa dua tahun ke depan akan menjadi periode yang penuh tantangan bagi industri chip. Lonjakan biaya produksi pada level produsen semikonduktor besar hampir pasti akan diteruskan ke lini produk akhir. Dalam jangka panjang, konsumen diprediksi menghadapi harga ponsel, laptop, dan perangkat elektronik lain yang semakin mahal.

Gelombang AI memang membuka peluang besar bagi industri semikonduktor. Namun, di tengah percepatan inovasi, biaya untuk tetap berada di barisan terdepan kini kian tinggi.