OPINI: TAKZIAH, DULU DAN KINI

Pada zaman dulu berita meninggalnya seseorang di ngeri ini, khususnya di pulau Jawa disebarkan melalui melalui bunyi kentongan dengan nada tersendiri, untuk membedakan dengan nada bunyi kentongan informasi adanya undangan pertemuan, adanya bencana seperti kebakaran dan banjir, pencurian atau bahkan peperangan yang dibunyikan dari kantor kelurahan atau rumah lurah/kepala desa, atau sebagai penenda datangnya waktu sholat lima waktu yang di bunyikan di masjid-masjid atau mushola-mushola.

Seiring berkembangnya zaman, bunyi kentongan di ikuti atau bahkan di gantikan oleh pengeras suara dari masjid-masjid atau mushola-mushola dengan penekanan kalimat “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” biasanya diucapkan sebanyak tiga kali untuk memberi kesempatan kepada warga mendengarkan info siapa yang meninggal, setelah itu informasi tentang siapa yang meninggal, waktu dan tempat meninggal, serta rencana dan waktu pemakaman disampaikan, biasanya informasinya disampaikan dua kali agar warga mendengar dengan jelas informasi yang disampakan.

Baca Juga:  OPINI: Kesejahteraan Mitra Transportasi Online

Setelah informasi meninggalnya seseorang tersebar ke masyarakat, maka secara spontan masyarakat segera menuju rumah duka untuk membantu secara sukarela keluarga yang berduka cita, seperti merawat jenazah mulai memandikan dan mengkafani, menata tempat bagi pelayat, menyiapkan galian untuk tempat jenazah dimakamkan, menghubungi keluarga yang sekiranya berada diluar wilayah, setelah wakunya tiba para petaziah kemudian menyolatkan jenazah yang dipimpin kyai setempat dan bila seoarang tokoh maka shalat jenazah dilaksakan secara bergelombang.

Selesai dishalatkan ada sambutan mewakili pentakziah yang menyampaikan ucapan turut beduka cita atas meninggalnya almarhum dan sambutan dari keluarga yang berduka yang berisi ucapan terimakasih atas kehadiran dan doa dari para pentakziah serta menyampaikan semua urusan yang berkaitan dengan almarhum di ambil alih oleh kaluarga alamarhum, setelah sambutan dilanjutkan doa oleh seorang tokoh agama yang kadang diselingi tausiyah singkat, kemudian semua pentakziah mengantar almarhum ke peristirahan terakhirnya.

Baca Juga:  Berkenalan dengan Kin Sanubary, Sang Kolektor Media Lawas Asal Subang

BACA: OPINI: Kesejahteraan Mitra Transportasi Online 

Prosesi pengurusan jenazah seperti disampaikan diatas, saat ini masih dibeberapa daerah masih dilaksanakan tapi di sebagian tempat lain mulai berkurang ditelan zaman khususnya didaerah perkotaan yang kehidupan warganya sangat individualistis, dimana antar tetangga tidak saling kenal, apatis dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, yang efeknya merubah cara bertakziah warga ketika ada warga yang meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

FOLLOW SOCMED:
FB & IG: TINTAHIJAUcom
IG & YT: TINTAHIJAUcom
E-mail: red.tintahijau@gmail.com