SUKABUMI, TINTAHIJAU.com — Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menegaskan pentingnya penguasaan bahasa asing bagi pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan penguatan pendidikan anak usia dini (PAUD) secara holistik-integratif sebagai dua pilar utama dalam membentuk generasi emas Indonesia 2045.
Dalam kunjungan kerjanya ke SMK Syamsul Ulum, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (23/5), Fajar Riza menyampaikan bahwa pelajar SMK saat ini tidak cukup hanya menguasai keahlian teknis semata. Mereka juga dituntut memiliki keterampilan komunikasi dan penguasaan bahasa asing untuk dapat bersaing di pasar kerja global.
“Selain keahlian khusus dan keterampilan teknis, kemampuan berkomunikasi juga sangat diperlukan dalam dunia kerja yang kini semakin terbuka secara global,” ujar Fajar di hadapan siswa-siswi SMK Syamsul Ulum.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa pentingnya penguasaan bahasa asing tidak berarti menomorduakan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional. “Pelajar SMK harus naik kelas dan menjadi lebih kompetitif dengan kemampuan bahasa asing yang mumpuni, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia,” tambahnya.
Dalam dialog interaktif bersama siswa jurusan sekretaris, Wamen Fajar menyapa dua siswi kelas X, Firda dan Karla, yang memiliki cita-cita besar—menjadi sekretaris perusahaan teknologi dan mendirikan perusahaan kosmetik sendiri. Ia mengapresiasi semangat mereka, dan menyampaikan bahwa impian itu adalah bagian dari visi generasi emas Indonesia 2045.
“Mimpi dan cita-cita ini harus dirawat dengan belajar yang tekun agar terwujud,” pesannya.
Fajar juga menyoroti pentingnya pembentukan karakter siswa sebagai pembeda utama manusia dengan mesin di tengah kemajuan teknologi yang cepat. “Yang membedakan manusia dengan robot adalah karakter. Maka, belajar bukan hanya soal akademik, tapi juga pembangunan karakter pelajar Indonesia yang kuat dan hebat,” tegasnya.
SMK Syamsul Ulum sendiri merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh KH Ahmad Sanusi, tokoh nasional yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2022 atas jasanya dalam perjuangan kemerdekaan dan perumusan dasar negara.
PAUD Holistik-Integratif: Fondasi Penting Tumbuh Kembang Anak
Sebelumnya, dalam kegiatan pelatihan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD di Jakarta Barat (Selasa, 21/5), Fajar Riza juga menekankan pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai fondasi utama bagi keberhasilan pendidikan dasar hingga tinggi.
Mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020, Fajar menyebutkan bahwa 149 juta balita di dunia mengalami stunting, termasuk 6,3 juta anak di Indonesia. Ia menilai bahwa permasalahan tersebut harus diatasi melalui pendekatan PAUD holistik-integratif yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, perlindungan, dan kesejahteraan anak secara menyeluruh.
“Oleh karena itu, menjadi sangat relevan jika kebijakan wajib belajar 13 tahun dimulai sejak pendidikan anak usia dini,” jelasnya.
Fajar juga menyoroti tantangan disrupsi digital, di mana ketergantungan anak terhadap gawai dapat mengganggu aspek sosial dan emosional mereka. Menurutnya, hal ini perlu disikapi dengan pendekatan bijak dari para orang tua.
“Upaya ini bukan untuk melarang penggunaan gawai, tetapi mengaturnya agar sesuai dengan kebutuhan anak secara proporsional,” tuturnya.
Untuk mendukung pendekatan ini, Kementerian Pendidikan mendorong peningkatan kapasitas guru PAUD, termasuk keterampilan konseling, serta meluncurkan program “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” sebagai langkah strategis dalam membentuk karakter anak sejak dini.
“Tugas mendidik adalah tugas mulia yang akan terus memberikan kemanfaatan jangka panjang bagi generasi emas Indonesia,” pungkas Fajar.
Menuju Indonesia Emas 2045
Penegasan Fajar Riza Ul Haq ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan visi Indonesia Emas 2045 tidak lepas dari penguatan pendidikan sejak usia dini hingga menengah. Kualitas sumber daya manusia menjadi kunci, dengan keseimbangan antara kompetensi, karakter, dan daya saing global.