Ketupat adalah salah satu ikon kuliner khas Indonesia yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Selain sebagai sajian yang disantap bersama hidangan lain seperti opor ayam dan sayur lodeh, ketupat juga memiliki tradisi unik di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu tradisi tersebut adalah menggantung ketupat di pintu rumah.
Asal-usul Tradisi Menggantung Ketupat
Tradisi menggantung ketupat di pintu rumah telah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum Islam masuk ke Nusantara. Dikutip dari Kampus Melayu, Guru Besar dan Ketua STAIN Bengkalis, Samsul Nizar, menyatakan bahwa masyarakat pada masa itu percaya bahwa ketupat yang digantung dapat mendatangkan keberuntungan.
Pada abad ke-15, Sunan Kalijaga mulai mengenalkan Islam dengan menggunakan ketupat sebagai simbol ajaran agama. Masyarakat Jawa pada masa itu telah terbiasa menggantung ketupat di depan rumah. Sunan Kalijaga kemudian mengubah makna tradisi ini dengan nuansa Islami, menghilangkan unsur magis yang sebelumnya dipercaya melekat pada ketupat.
Menurut Muhammad Syaifullah, dosen Institut Agama Islam (IAI) Pangeran Diponegoro Nganjuk, tradisi menggantung ketupat juga berkaitan dengan penghormatan kepada roh leluhur yang telah meninggal dunia. Pada masa Sunan Kalijaga, ketupat juga dibagikan kepada tetangga sebagai wujud kebersamaan dan saling berbagi.
Sejarawan Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, menambahkan bahwa pada zaman dahulu, tradisi menggantung ketupat juga dilakukan di tanduk kerbau sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen. Saat ini, tradisi ini masih dilakukan di beberapa tempat dengan tujuan menolak bala atau mendatangkan keberkahan. Biasanya, ketupat yang digantung dalam tradisi ini adalah ketupat kosong.
Makna Filosofis Ketupat
Ketupat memiliki makna filosofis yang mendalam dalam budaya masyarakat Jawa dan Islam di Indonesia. Kata ketupat merupakan kependekan dari dua konsep utama:
- Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan)
Ketupat melambangkan permintaan maaf dan pengakuan atas kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Tradisi sungkeman saat Lebaran menjadi cerminan dari makna ini. - Laku Papat (Empat Laku/Tindakan)
Ada empat nilai yang terkandung dalam ketupat:- Lebaran: Menandakan berakhirnya bulan Ramadan dan melambangkan permohonan ampun atas segala kesalahan.
- Luberan: Melambangkan kelimpahan rezeki dan mengingatkan untuk berbagi dengan sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu.
- Leburan: Melambangkan meleburkan dosa dengan saling memaafkan.
- Laburan: Berasal dari kata labur (kapur putih), yang berarti hati yang kembali suci setelah berpuasa dan saling memaafkan.
Tradisi menggantung ketupat di pintu rumah memiliki berbagai makna, mulai dari kepercayaan akan keberuntungan, penghormatan kepada leluhur, hingga sebagai simbol syukur dan kebersamaan. Sunan Kalijaga berperan dalam mengubah makna ketupat agar lebih bernuansa Islami.
Di balik bentuk anyaman khasnya, ketupat mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti ketulusan, kebersamaan, dan saling memaafkan. Oleh karena itu, ketupat bukan sekadar makanan khas Lebaran, tetapi juga simbol budaya dan spiritual yang kaya makna.